Mendekati tutup giling sudah pekerjaan rutin bagi kami para "sinder wilayah" untuk bergerilya mencari tambahan bahan baku tebu terutama apabila jumlah pasokan tebu masih belum mencapai taget. Pada tahun 2014 ini-pun juga demikian. Karena adanya dampak banjir besar di kabupaten Pati pada awal tahun mengakibatkan produktifitas tebu dilahan turun, sehingga berdampak pada potensi tidak tercapainya target jumlah bahan baku tebu giling di PG.
Pada pertengahan bulan Oktober kemarin, saya bersama mas Yanto salah seorang PTR (Petani Tebu Rakyat) binaan PG kami bersama-sama "berburu" tambahan pasokan tebu ke wilayah basis gula tumbu di daerah kecamatan Pancur dan Pamotan kabupaten Rembang. Sebagai informasi selain kabupaten Kudus, wilayah kabupaten Rembang juga merupakan basis dari industri gula tumbu.
Oh ya......sebelumnya saya jelaskan dulu ya apa itu gula tumbu. Gula tumbu sebenarnya sama dengan gula merah hanya saja pencetakannya dilakukan
dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat silinder
yang disebut "tumbu". Gula tumbu biasanya digunakan untuk pemanis pada
industri kecap.
Total gilingan gula tumbu di kedua wilayah Rembang dan Kudus jumlahnya sekarang hampir mencapai 600 buah. Dalam satu hari biasanya satu gilingan gula tumbu bisa menghabiskan 1 rit/truk tebu yang berbobot antara 60-70 kwintal.
Coba kita berhitung ya berapa kebutuhan tebu untuk gula tumbu di wilayah Rembang dan Kudus.
Jika 1 gilingan menghabiskan 60 ku tebu/hari....
Berarti jika ada 600 gilingan ............... 600 x 60 ku = 36.000 ku atau 3.600 ton tebu/hari.
Jika kita lihat dari perhitungan diatas total kapasitas giling industri gula tumbu di Rembang dan Kudus mencapai 3600 TCD. Sungguh luar biasa bukan.......???? Kapasitas tersebut bahkan lebih besar daripada kapasitas giling PG-PG di Jawa Tengah pada umumnya yang kapasitasnya hanya berkisar 1.800-3.000 TCD. Jadi kebayang dong berapa banyak tebu yang dibutuhkan dalam periode 4-6 bulan masa giling, tinggal ngalikan saja...
![]() |
Industri Gula Tumbu di Pancur- Rembang |
Kembali ke cerita awal ya........
"Untungnya" harga jual gula tumbu pada tahun ini sangat rendah yaitu hanya Rp 3.000-4.000/kg dari tahun sebelumnya Rp 7000-7.500 /kg. sehingga pada tahun ini banyak dari gilingan gula tumbu yang "libur" berproduksi, sehingga bahan baku tebunya ada peluang untuk saya tarik ke PG. Mulai pagi sekitar jam setengah sembilan saya meluncur ke satu gilingan gula tumbu ke gilingan yang lain terutama di desa Gegersimo-Pamotan dan desa Japerejo-Pancur. Para pemilik gilingan gula tumbu ini mayoritas sudah kenal dengan mas Yanto karena mereka tiap tahun memang menyetorkan tebunya ke mas Yanto terutama apabila kondisi harga gula tumbu sedang rendah.
![]() |
Mas Yanto Bernegosiasi dengan Pemilik Gula Tumbu |
Singkat cerita setelah bergerilya sampai hampir seharian kami mendapatkan tambahan pasokan tebu yang akan dikirimkan untuk di giling di PG kami.
Setelah itu karena perut kami sudah mulai terasa keroncongan kami memutuskan untuk makan siang di sentra warung lontong Tuyuhan desa Jeruk-Pancur. Disini ada deretan warung lontong tuyuhan yang jumlahnya lumayan banyak. Warung ini menerapkan marketing secara
visual. Penjualnya perempuan semua lho. Mitosnya...warung yang penjualnya paling cantik,
dipercaya memiliki lontong tuyuhan yang lebih enak.Kami pun akhirnya singgah di Warung Tuyuhan "Mbak Marfuah", sengaja kami memilih warung ini karena menurut rekomendasi teman-teman petani tebu di daerah Rembang, lontong tuyuhan di warung ini rasanya paling enak........disamping juga katanya yang jual juga lumayan cantik........aih aih....heheheheehehe ( cantik menurut saya sih relatif ya ).
![]() |
Lontong Tuyuhan Pancur-Rembang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar