Kali ini saya sengaja membuat judul tulisan yang agak "Alay" seperti judul lagu dangdut yag lagi heboh di TV yang dinyanyikan si cantik Cinta Citata dengan goyang Dumangnya. Tapi begitulah faktanya nasib dunia pergulaan kita lagi se-"alay" kayak judul lagu tersebut. Akibat berondongan gula impor yang merajalela dan kebijakan tataniaga gula yang amburadul.
Dari awal musim giling sampai mendekati akhir trend harga gula bukanya tambah membaik malah tambah hancur. Jangankan sama dengan harga HPP malahan yang terjadi adalah harga lelang jauh berada dibawah harga yang ditentukan pemerintah. Lelang gula di beberapa PG rata-rata gula hanya terjual seharga Rp 8.000-8.150,-. Bahkan banyak pula gula produksi PG yang tidak laku dijual sehingga stock gula menumpuk digudang PG sehingga mengancam kelangsungan proses Giling.
Beberapa waktu kemarin beberapa perwakilan Asosiasi Petani Tebu mengadakan temu wicara dengan presiden terpilih Jokowi di Jember. Harapan mereka semua adalah tahun depan kran gula impor dapat dihentikan supaya gula produksi dalam negeri dapat laku dengan harga layak. Dari semua petani peserta temu wicara hal yang diutarakan semua hampir sama yaitu tentang betapa sangat sulitnya kondisi yang harus mereka hadapi pada tahun ini.
Mungkin andaikan ada salah satu dari mereka yang sering nonton TV dan agak sedikit gaul, mereka akan bilang seperti ini......"SAKITNYA TUH DISINI PAK JOKOWI".......sambil menunjukan dompet yang kosong, karena pada tahun ini akhir giling merupakan akhir juga dari isi dompet mereka, habis digunakan untuk biaya garap kebun dan tebang muat angkut tapi hasil gulanya terjual dengan harga yang murah jauh dibawah harga patokan pemerintah.
Semoga setelah dilantik nanti Pak Jokowi dapat memberi bukti bukan hanya sekedar janji sehingga tahun depan seluruh pelaku industri gula baik PG maupun petaninya dapat kembali berkata " MANISNYA GULA TUH DISINI PAK JOKOWI".........Amin
kalo sekarang, kondisinya bagaimana, pak ? apakah sudah lebih baik ? :D
BalasHapus