Selasa, 11 November 2014

SEMALAM DI BANDUNG...AN

Sudah menjadi kebiasaan rutin di tempat kerja saya,tiap selesai masa giling pasti ada kegiatan rekreasi bersama, baik itu yang hanya bersama karyawan ataupun yang bersama keluarga.Khusus untuk tahun ini kami dibagian tanaman mengadakan refreshing bersama di Bandungan. Acara refreshing kali ini agak berbeda dengan tahun-tahun biasanya karena kali juga diselingi dengan rapat koordinasi juga. But is okay........no problemo karena memang agendanya sudah disusun panitia dengan sebagus mungkin jadi peserta tidak bosen.
Singkat cerita setelah menempuh perjalanan selama hampir 4 jam dari Pati saya beserta rombongan akhirnya sampai di Bandungan. Tempat peristirahatan yang dipilihkan oleh panitia adalah Hotel Citra Dewi. Lokasinya dari pasar Bandungan masih naik ke atas lagi sekitar 1 km. Untuk sekedar diketahui di Bandungan banyak sekali hotel dan penginapan. Model hotel disini seperti villa-villa...anda bebas untuk memilih, rata-rata hotel di Bandungan juga memiliki fasilitas air panas dan juga karaoke. Segarnya udara sejuk  khas lereng pegunungan Ungaran langsung menyapa saya begitu turun dari kendaraan. Ploting kamar sudah disusun oleh panitia dan ternyata saya sekamar dengan Pak Luri ( Tebang Angkut ) dan Pak Budiarto ( Pak Haji baru yang dua minggu kemarin baru pulang dari tanah suci ).

Setelah makan malam acara dilanjut dengan rakor. Rakor kali ini selain dihadiri pak PP juga dihadiri perwakilan dari Kandir Surabaya. Dalam rakor masing-masing seksi diminta untuk presentasi tentang kiat dan strategi untuk mensukseskan giling tahun 2015. Ternyata pak Kabag Tanaman sudah membuat kejutan untuk para pemapar materi. Semua pemapar materi ternyata dinilai oleh pak PP dan panitia. Pada akhir acara ternyata yang beruntung terpilih sebagai pemapar materi terbaik pertama dan kedua adalah saya dan pak Bambang (Kepala Tebang Angkut).....heheheheehe kebetulan aja kali ya bisa menang.....  :)

Malam setelah acara rakor selesai  Pak Luri dan Pak Haji Budiarto mengajak untuk turun ke daerah sekitar pasar Bandungan untuk wisata kuliner dan sekaligus cuci mata menikmati suasana malam katanya. Teman-teman yang lain ternyata juga banyak yang sudah keluar mencari hiburan masing-masing. Yang hoby-nya nyanyi mungkin langsung memesan tempat untuk karaoke bareng-bareng. Kebetulan saya kurang suka karaoke bukan karena apa-apa tapi semata karena saya tidak bisa nyanyi alias suara saya kurang merdu untuk didengar...........heheheheehe.

Akhirnya saya dan rombongan memutuskan untuk mencari warung sate kelinci di daerah depan pasar Bandungan. Untuk minumnya kami memesan susu kedelai jahe,wedang ronde dan bandrek, tidak lupa gorengan tahu serasi dan tempe khas bandungan kami pesan. Suasana malam Bandungan sangat  khas.....hembusan udara dingin dan pemandangan lalu lalang para pedagang sayur serta para pekerja malam-nya silih berganti melintas, sungguh berbeda dengan suasana malam di Pati yang relatif sepi setelah jam 11 malam. Akhirnya setelah menikmati kuliner dan ngobrol ngalor-kidul pukul 03.40 pagi kami memutuskan untuk beristirahat kembali ke hotel.

Pagi hari setelah shalat shubuh acara dilanjut dengan senam pagi bersama. Instruktur dan peralatan senam sudah disiapkan semua oleh panitia...Gayeng dan rame pokoknya acara senam paginya. Rencana awal setelah senam selesai dilanjut dengan rekreasi ke candi Gedong songo tetapi karena terkendala kendaraan yang bermasalah akhirnya acara diganti dengan jalan-jalan bebas ke kampoeng Hollywood di daerah sekitar Susan Spa. Siang pada saat perjalanan pulang saya beserta rombongan menyempatkan makan siang dulu di RM. Pondok Alam Bang Kohar-Jimbaran-Bandungan. R.M ini khusus dan khas menu ikan bakar dan goreng. Menurut saya tempat dan menu di sini sangat layak direkomendasikan untuk anda yang berlibur ke Bandungan. Suasana bangunan khas jawa model lama dipadu dengan suasana lereng sungai kaki Gunung Ungaran serta ramainya kicauan  burung-burung peliharaan pemilik R.M menambah nikmat-nya hidangan yang disediakan. Poko'e gak rugi deh kalau mampir kesini.....

Setelah selesai acara makan siang akhirnya saya dan rombongan melanjutkan perjalanan back home ke Pati. Perut kenyang dicampur ngantuk akibat begadang semalaman membuat saya segera terlelap saat berada didalam hotel bandung ( alias Ban Ngglundung  baca: dalam kendaraan ). ....begitu terbangun ternyata sudah sampai Kudus...hemmmmmm


Sekian dulu ya reportase dari Bandungan....bulan depan insya Allah kalau tidak ada aral juga akan ada kegiatan rekreasi bersama ke Bandung yang tidak pakai akhiran "an.....kalau ga kena penyakit malas nanti akan saya tulis suasana selama di kota Paris van Java.........SALAM










Rabu, 29 Oktober 2014

BERHARAP KEPADAMU......


Sebenarnya saya sudah  berusaha sekuat tenaga menahan “nafsu” untuk mencoba tidak ikut-ikutan latah mengomentari  kabinet pak Jokowi. Tapi memang sudah dasarnya saya menggemari politik akhirnya setelah beberapa hari  mencoba bertahan akhirnya jebol  juga petahanan saya….
Saya tidak akan mengomentari semua menteri terpilih….terus terang saya hanya tertarik dengan 3 orang menteri saja, yaitu menteri perdagangan Rahmat Gobel, menteri kelautan dan perikan Susi Pudjiastuti dan menteri pertanian Amran Sulaiman. Khusus untuk bu Susi memang jabatan beliau tidak terkait  dengan industri pergulaan tapi karakter dan latar belakang beliau yang membuat saya mencoba berharap lebih.

1.       Menteri Perdagangan : Rahmat Gobel ( PresKom Panasonic )
Kenapa saya membahas posisi menteri perdagangan, mungkin anda semua juga sudah tahu maksudnya. Kebijakan tata niaga baik ekspor maupun impor semua komoditi termasuk juga gula di kementrian inilah muaranya. Ada pertanyaan yang selalu menggantung dibenak saya….Apakah pak Rahmat yang notabene menurut saya lebih cocok di posisi kementrian perindustrian ( berdasar latar belakang beliau ) bisa menahan gempuran arus “impor” ke negeri ini?
But is okay wae lah……….Sedikit harapan saya ke menteri karena saya yakin dengan latar belakang yang seorang pengusaha, pak menteri faham betul tentang dunia usaha.
Boleh lah impor asal sesuai kebutuhan ya pak……kami tahu kalau memang sebentar lagi kita mau AFTA, tapi filter tetap harus tetap ada lho pak, kalau tidak alamat remuk nih kita pak. Kalau mau jujur hampir disemua sektor sementara kita kalah effisien dengan negara peserta AFTA yang lain,  termasuk juga di sektor pergulaan….Petani dan Industri gula nasional  masih perlu banyak pembenahan dan persiapan untuk bisa bersaing dengan negara tetangga. Kami sudah mulai berusaha belajar untuk effisien tapi  tolong jangan lemahkan semangat kami, sementara “dampingi” kami dengan penentuan dan pengawalan HPP Gula yang layak Pak, karena nyata-nyata di tahun 2014 ini Patokan HPP  dilanggar tapi tidak ada sanksi nyata dari pemerintah… 

2.       Menteri Kelautan dan Perikanan : Susi Pudjiastuti ( Owner Susi Air )
Awalnya saya agak kecewa dengan terpentalnya pak Dahlan Iskan dari cabinet Jokowi tapi kekecawaan itu terobati dengan masuknya Bu Susi ini. Kesan pertama saya terhadap beliau “nyentrik” juga ibu menteri yang satu ini. Di sosmed banyak masyarakat dan pakar yang mem”bully” beliau. Ada yang menjelek-jelekan beliau karena hanya lulusan SMP, punya tattoo dan juga perokok. Kalau menurut saya sih…..So What Gitu Loh???????
Helloooooo………..menurut saya mending hanya lulusan SMP tapi bisa sukses, punya banyak pesawat dan pabrik sendiri  daripada seperti  kita-kita yang katanya Sarjana tapi nganggur atau masih kerja ikut orang…hehehe
"Mending" perokok dan bertato tapi kerjanya nyata membangun negara dan tidak korup daripada tampang sok alim tapi ujung-ujungnya hanya “topeng” belaka….Capek pake Bingit Deeech!!!

3.       Menteri Pertanian : Amran Sulaiman ( CEO Tiran Group )
Dibanding dua tokoh diatas mungkin pak menteri yang satu ini kurang begitu familiar. Kenapa saya menulis tentang beliau. Yang pertama karena beliau seorang lulusan STP sama seperti saya….xixixixi ( edisi lebay )  
yang kedua beliau juga sangat faham tentang  dunia per-tebuan dan per-gulaan, karena beliau seorang petani dan pengusaha gula juga serta pada awal karirnya dulu pernah bekerja sebagai "pekerja kebun" di PTPN.
Dengan berbekal semua latar belakang diatas, berikut sedikit harapan kami……………..
Pak menteri tolong diperhatikan ya sektor perkebunan khususnya tebu. Pacu lagi program dan kebijakan yang bisa membangkitkan kegiatan On-Farm. “Infus”  lagi lembaga riset perkebunan seperti Balitas tanaman pemanis yang sekarang karyanya seolah mati suri. Bangun sarana dan infrastruktur waduk dan saluran irigasi pak agar produksi on-farm kita meningkat yang ujung-ujungnya nanti kita bisa berswasembada gula dan mampu bersaing. Dan yang terpenting kebijakan jangka pendek untuk tahun depan, segera bersinergi dengan kemendag dalam penentuan dan pengawalan HPP gula yang layak supaya nasib petani dan industri gula nasional kita bisa bangkit dari keterpurukan serta segera siap untuk menyongsong “kejamnya” AFTA.

.....SALAM



Kamis, 23 Oktober 2014

BERBURU TEBU KE INDUSTRI GULA TUMBU

Mendekati tutup giling sudah pekerjaan rutin bagi kami para "sinder wilayah" untuk bergerilya mencari tambahan bahan baku tebu terutama apabila jumlah pasokan tebu masih belum mencapai taget. Pada tahun 2014 ini-pun juga demikian. Karena adanya dampak banjir besar di kabupaten Pati pada awal tahun mengakibatkan produktifitas tebu dilahan turun, sehingga berdampak pada potensi tidak tercapainya target jumlah bahan baku tebu giling di PG.

Pada pertengahan bulan Oktober kemarin, saya bersama mas Yanto salah seorang PTR (Petani Tebu Rakyat) binaan  PG kami bersama-sama "berburu" tambahan pasokan tebu ke wilayah basis gula tumbu di daerah kecamatan Pancur dan Pamotan kabupaten Rembang. Sebagai informasi selain kabupaten Kudus, wilayah kabupaten Rembang juga merupakan basis dari industri gula tumbu.

Oh ya......sebelumnya saya jelaskan dulu ya apa itu gula tumbu. Gula tumbu sebenarnya sama dengan gula merah hanya saja pencetakannya dilakukan dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat silinder yang disebut "tumbu". Gula tumbu biasanya digunakan untuk pemanis pada industri kecap.

Total gilingan gula tumbu di kedua wilayah Rembang dan Kudus jumlahnya sekarang hampir mencapai 600 buah. Dalam satu hari biasanya satu gilingan gula tumbu bisa menghabiskan 1 rit/truk tebu yang berbobot antara 60-70 kwintal.

Coba kita berhitung ya berapa kebutuhan tebu untuk gula tumbu di wilayah Rembang dan Kudus.

Jika 1 gilingan menghabiskan 60 ku tebu/hari....
Berarti jika ada 600 gilingan ............... 600 x 60 ku = 36.000 ku atau 3.600 ton tebu/hari.
Jika kita lihat dari perhitungan diatas total kapasitas giling industri gula tumbu di Rembang dan Kudus mencapai 3600 TCD. Sungguh luar biasa bukan.......???? Kapasitas tersebut bahkan lebih besar daripada kapasitas giling PG-PG di Jawa Tengah pada umumnya yang kapasitasnya hanya berkisar 1.800-3.000 TCD. Jadi kebayang dong berapa banyak tebu yang dibutuhkan dalam periode 4-6 bulan masa giling, tinggal ngalikan saja...

Industri Gula Tumbu di Pancur- Rembang
Kembali  ke cerita awal ya........
"Untungnya" harga jual gula tumbu pada tahun ini sangat rendah yaitu hanya Rp 3.000-4.000/kg dari tahun sebelumnya Rp 7000-7.500 /kg. sehingga pada tahun ini banyak dari gilingan gula tumbu yang "libur" berproduksi, sehingga bahan baku tebunya ada peluang untuk saya tarik ke PG. Mulai pagi sekitar jam setengah sembilan saya meluncur ke satu gilingan gula tumbu ke gilingan yang lain terutama di desa Gegersimo-Pamotan dan desa Japerejo-Pancur. Para pemilik gilingan gula tumbu ini mayoritas sudah kenal dengan mas Yanto karena mereka tiap tahun memang menyetorkan tebunya ke mas Yanto terutama apabila kondisi harga gula tumbu sedang rendah.

Mas Yanto Bernegosiasi dengan Pemilik Gula Tumbu

Singkat cerita setelah bergerilya sampai hampir seharian kami mendapatkan tambahan pasokan tebu yang akan dikirimkan untuk di giling di PG kami. 
Setelah itu karena perut kami sudah mulai terasa keroncongan kami memutuskan untuk makan siang di sentra warung lontong Tuyuhan desa Jeruk-Pancur. Disini ada deretan warung lontong tuyuhan yang jumlahnya lumayan banyak. Warung ini menerapkan marketing secara visual. Penjualnya perempuan semua lho. Mitosnya...warung yang penjualnya paling cantik, dipercaya memiliki lontong tuyuhan yang lebih enak.

Kami pun akhirnya singgah di Warung Tuyuhan "Mbak Marfuah", sengaja kami memilih warung ini karena menurut rekomendasi teman-teman petani tebu di daerah Rembang, lontong tuyuhan di warung ini rasanya paling enak........disamping juga katanya yang jual juga lumayan cantik........aih aih....heheheheehehe ( cantik menurut saya sih relatif ya ).


Lontong Tuyuhan Pancur-Rembang
Akhirnya saya memesan satu porsi lontong tuyuhan lengkap dengan dua potong besar daging ayam kampung dan segelas besar es kelapa muda. Mantap dan maknyuss pokoknya.....karena disamping tujuan awal mencari tambahan bahan baku tebu terealisasi, kebutuhan kuliner memanjakan perut juga terpenuhi..........Salam

Jumat, 17 Oktober 2014

NAGA SORI DAN KEPALA MANYUNG

Kali ini saya akan menulis hal-hal diluar dunia pergula-an. Habisnya bosan juga kali ya yang mbaca kalau artikel di blog isinya tentang gula atau pabrik gula melulu. Sesekali lah diselingi artikel lain.....oce!!!!

Bagi selain orang Pati atau yang belum pernah mampir di Pati, pasti bertanya-tanya apa sih maksud judul di atas...hemmmmm

NAGA SORI.........????????? Ada juga NAGA BONAR kaleee........KEPALA MANYUNG.........?????
Biasanya juga yang manyun kan bibir ya? bukan kepala.........hehehehe

Oke.........berikut saya jelaskan satu per-satu ya...
NaGa Sori dan Kepala Manyung adalah nama kuliner khas dan asli dari kota Pati Bumi Mina Tani.

NaGa alias Nasi Gandul.
Disebut nasi gandul karena konon dahulu penjual masakan ini menjajakan barang dagangannya dengan cara di "gandul" yaitu di pikul dengan mengunakan bambu yang diujungnya diikatkan tempat nasi pada satu sisi dan kuali tempat kuah disisi lainya, sehingga saat penjual  ini berjalan maka bakul nasi dan tempat kuah tadi menggandul alias gondal-gandul.........sejarah yang sedikit aneh juga ya?

Menu utama nasi gandul sendiri adalah nasi yang ditambahi dengan kuah sejenis gulai encer yang rasanya manis biasanya ditambahi potongan daging sapi atau jeroan. Penyajianya biasanya menggunakan piring yang dialasi daun pisang

Nasi Gandul


SoRi alias Soto Kemiri
Sedikit cerita asal muasal makanan ini.........konon jaman dahulu masyarakat Pati kebanyakan adalah masyarakat kurang mampu sehingga mereka tidak bisa membeli daging atau ayam, maka kemudian rakyat pati membuat soto dengan kemiri (sebagai pengganti daging ayam).
Tapi karena sekarang mereka sudah mampu beli ayam sehingga daging ayam di masukan dalam soto tersebut, meskipun sudah ada daging ayam tetapi nama "kemiri" masih melekat sampai sekarang..............kalau yang ini agak tragis juga ya sejarahnya!!! 
Satu lagi soto kemiri biasanya disajikan dalam mangkuk berukuran sangat kecil, mangkok tersebut biasanya hanya muat 4-6 suapan sendok nasi soto kemiri saja. Jadi buat yang anda yang doyan makan mungkin bisa-bisa habis 5-6 mangkok soto baru kenyang.

Soto Kemiri

Mangut Kepala Manyung alias nDas Manyung
Ini nih salah satu kuliner favorit saya.........Bagi anda yang gemar menyantap makanan pedas, bisa mencoba Mangut Ndas Manyung. Pasalnya, olahan masakan berbahan dasar Ndas Manyung (kepala ikan manyung) itu memiliki rasa sangat pedas. Pedesnya level 100 deh pokoknya, pernah suatu kali saya pernah menghabiskan dua piring nasi dan 4 gelas besar es jeruk hanya untuk meredakan efek rasa pedas yang hinggap di lidah dan tenggorokan.....hehehe ini sih sudah bukan kepedesan lagi tapi kalap kelaperan kali ya????

Mangut Kepala Manyung

Aneh dan asik ya kuliner khas Pati............Jadi misal suatu saat anda bersinggah atau kebetulan lewat jangan sampe lupa untuk mencobanya.......salam mak nyussssss

Rabu, 15 Oktober 2014

KANTOR BARU, SEMANGAT BARU........ALHAMDULILLAH


Sebenernya sangat telat pake banget sih saya nulis tentang kantor baru kami ini, tapi gak apa-apalah dari pada nulis tentang hancurnya harga gula terus yang mungkin mebuat kita semua bosan...hehehehee.

Sebelumnya saya sedikit cerita dulu tentang PG Trangkil tercinta tempat saya mencari sesuap nasi. PG Trangkil sudah berdiri sejak lama yaitu pada tahun 1835 di desa Trangkil-Pati Jateng........Lebih tua dari Jamu Jago dan Nyonya Meneer yah...:).
Lokasi PG-nya berada tepat ditengah-tengah desa dan hanya berjarak berkisar 3-4 km dari pesisir Pantura Jawa. Sedikit berbeda dengan PG-PG lainya di Jawa disini hampir sebagian besar mesin dan peralatan pabriknya sudah di revitalisasi. Kapasitas gilingnya pun sudah termasuk lumayan besar yaitu sebesar 8.000 TCD pada tahun 2014 ini.


Kembali ke tema ya...........Selain pembaruan mesin-mesin pabrik, perusahaan juga melakukan pembaruan infrastruktur bangunan pendukung. Salah satunya yaitu pembangunan Kantor bagian Tanaman dan TUK   (Tata Usaha Keuangan). Nih saya tampilkan foto-foto kantor barunya......
Penampakan Siang

Penampakan Malam
Sebenarnya masih ada lagi sih bangunan baru lainya di PG Trangkil  seperti rumah dinas karyawan tapi biar jadi lebih menarik saya buat berseri saja postinganya........Salam S.O.S ( Save Our Sugar )





SAKITNYA TUH DISINI............

Kali ini saya sengaja membuat judul tulisan yang agak "Alay" seperti judul lagu dangdut yag lagi heboh di TV yang dinyanyikan si cantik Cinta Citata dengan goyang Dumangnya. Tapi begitulah faktanya nasib dunia pergulaan kita lagi  se-"alay" kayak judul lagu tersebut. Akibat berondongan gula impor yang merajalela dan kebijakan tataniaga gula yang amburadul.

Dari awal musim giling sampai mendekati akhir trend harga gula bukanya tambah membaik malah tambah hancur. Jangankan sama dengan harga HPP malahan yang terjadi adalah harga lelang jauh berada dibawah harga yang ditentukan pemerintah. Lelang gula di beberapa PG rata-rata gula hanya terjual seharga Rp 8.000-8.150,-. Bahkan banyak pula gula produksi PG yang tidak laku dijual sehingga stock gula menumpuk digudang  PG sehingga mengancam kelangsungan proses Giling.

Beberapa waktu kemarin beberapa perwakilan Asosiasi Petani Tebu mengadakan temu wicara dengan presiden terpilih Jokowi di Jember. Harapan mereka semua adalah tahun depan kran gula impor dapat dihentikan supaya gula produksi dalam negeri dapat laku dengan harga layak. Dari semua petani peserta temu wicara hal yang diutarakan semua hampir sama yaitu tentang betapa sangat sulitnya kondisi yang harus mereka hadapi pada tahun ini. 

Mungkin andaikan ada salah satu dari mereka yang sering nonton TV dan agak sedikit gaul, mereka akan bilang seperti ini......"SAKITNYA TUH DISINI PAK JOKOWI".......sambil menunjukan dompet yang kosong, karena pada tahun ini akhir giling merupakan akhir juga dari isi dompet mereka, habis digunakan untuk biaya garap kebun dan tebang muat angkut tapi hasil gulanya terjual dengan harga yang murah jauh dibawah harga patokan pemerintah.

Semoga setelah dilantik nanti Pak Jokowi dapat memberi bukti bukan hanya sekedar janji sehingga tahun depan seluruh pelaku industri gula baik PG maupun petaninya dapat kembali berkata " MANISNYA GULA TUH DISINI PAK JOKOWI".........Amin







Rabu, 16 Juli 2014

PG TJOEKIR, WARKOP NARTI DAN KENANGAN SEWAKTU NYANTRI

Dahulu tidak pernah terbesit sedikit bayanganpun bahwa suatu saat saya akan bekerja di pabrik gula. Padahal jaman sewaktu sekolah dan nyantri dulu lingkungan tempat saya menimba ilmu berdekatan sekali dengan sebuah pabrik gula di kabupaten Jombang. PG Tjoekir nama pabrik gula tersebut yang sekarang pengelolaannya berada dibawah salah satu BUMN terbaik dibidang pergulaan.

PG Tjoekir Jombang


Masih segar dalam ingatan saya dimana setiap akan dimulai kegiatan giling selalu diadakan kegiatan selamatan dan perayaan yang acaranya menurut saya sangat meriah, mulai dari kegiatan pasar malam, bazaar dan juga perlombaan olah raga serta pertunjukan kesenian. Sayangnya karena saya tinggal di asrama dan berlaku aturan jam malam saya tidak pernah bisa melihat acara-acara yang diadakan pada waktu malam hari. Kepinginya saya sih sesekali mbolos aturan jam malam tapi mengingat sanksi kalau ketahuan sangat berat jadinya ya hanya sekedar niatan tanpa pernah terealisasi.........hehehehe


Ada salah satu warkop favorit saya sebagai tempat "kongkow" disela-sela aktifitas menimba ilmu. Warung kopi "Narti" nama tempat tersebut. Tempatnya berada di area pintu keluar masuk emplasemen truk tebu PG Tjoekir. Bagi mayoritas santri NGOPI dan NGAJI ibarat "suami-istri" suatu kegiatan yang sulit untuk dipisahkan. Obrolan ngalor ngidul membahas kegiatan ngaji dan sekolah sampai membahas santriwati yang mau dikecengin menjadi menu tambahan sehari-hari.

Kopi, rokok dan kitab kuning

Diantara banyak kenangan saya tentang PG Tjoekir ada dua hal  yang sampai sekarang membuat saya "ketawa-ketiwi" sendiri kalau mengingatnya.  Pertama adalah hal dimana saya dulu sering kucing-kucingan dengan mandor kebun sewaktu mau mengambil sebatang-dua batang tebu untuk saya makan. Yang saya ingat mandor kebunya dulu sangat galak sehingga sangat puas sekali rasanya bila kami berhasil mendapatkan "target operasi".

Dan yang kedua ini adalah memory "cinta monyet" saya, dimana waktu itu saya pernah naksir anak staff PG. Tjoekir. Gadis ini begitu "macan" bagi saya....sudah macan anak orang berada pula. Berbagai trik saya lakukan untuk menaklukan hatinya, meskipun dalam hati kecil saya minder karena dia anak staff PG yang notabene kala itu termasuk kategori orang berada. Fasilitas yang didapat staff PG kala itu saya pandang sangat mewah mulai Rumah Dinas yang sangat besar, kendaraan Jeep yang sangat gagah dan lain sebagaiya. Tapi istilah kata "Rawe-rawe rantas malang-malang putung" tetap ikhtiar meskipun modal hanya level paling dasar alias modal dengkul. Dan akhirnya setelah melalui perjuangan panjang yang mengharu biru, pada akhirnya...............................????? saya tetep gagal menaklukan hatinya :)

Tebuireng, santri-santriwati dan warkop Narti.....akan selalu di hati..........salam


Senin, 07 Juli 2014

2014 : " KETIKA GULA SUDAH TAK MANIS LAGI "


Tahun 2014 bisa dikatakan merupakan puncak "penderitaan" para pelaku industri gula berbasis tebu rakyat. Bagaimana tidak? Hal ini sebenarnya dimulai dari rentetan kejadian dan kebijakan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 oleh kemendag HPP Gula dipatok sama dengan 2012 yaitu sebesar Rp 8.100,- dari usulan Dewan Gula Indonesia ( DGI ) sebesar 8.750,- . Meskipun harga lelang pada tahun 2013 rata-rata kisaranya masih di atas Rp. 8.700,- tetapi anomali iklim yang terjadi menyebabkan Rendemen jatuh serta ongkos TMA ( Tebang Muat dan Angkut ) yang sangat mahal. Kisaran ongkos TMA naik hampir dua kali lipat dari rata-rata Rp. 9.000,- menjadi Rp. 18.000,- bahkan lebih.


Pada tahun ini ibaratnya para pelaku industri gula khusunya petani "sudah jatuh tertimpa tangga pula". Di mulai dari penetapan HPP Gula tahun 2014 oleh Kemendag yang hanya sebesar Rp. 8.250,- yang angkanya jauh dibawah realita Harga Pokok Produksi yang berdasar survey para pakar DGI direkomendasikan sebesar Rp. 9.500,- . Kemudian diikuti pula dengan kebijakan impor gula yang sekitar 300 ribu ton yang dilaksanakan oleh Bulog serta merembesnya gula rafinasi di pasar konsumsi, menyebabkan stock gula dipasaran melimpah. Dampaknya gula-gula produksi PG menumpuk digudang, selain itu juga dampak yang paling "menyakitkan" bagi petani tebu adalah jatuhnya harga lelang gula Musim Giling tahun 2014.


Sebagai gambaran harga lelang gula tani sementara ini yang tertinggi adalah gula produksi PG. Trangkil-Pati yaitu sebesar Rp. 8.580,- . Sesudahnya  ada juga tender 6.000 ton gula milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI , faktanya dalam tender yang diikuti 13 dari 26 perusahaan yang diundang tersebut, penawaran tertinggi hanya mencapai Rp 8.377 per kilogram. Bagi pelaku industri gula khususnya petani tentunya kondisi sungguh membuat mereka semakin "berdarah-darah". Jangankan untuk meraih keuntungan untuk menutupi biaya produksi kebun saja tidak mencukupi.


Kalau sudah begini siapa lagi yang bisa dijadikan tempat "bersandar" oleh para petani tebu. Kepada siapa lagi mereka harus mengadu?????. Melakukan aksi demonstrasi santun ke Kemendag dan instansi terkait sudah dilakukan, meskipun hasilnya sampai saat ini masih nihil.

Perwakilan DPC APTRI PG Trangkil

Ribuan petani tebu mengepung Kemendag

Sampai yang terbaru adanya perwakilan petani tebu rakyat dari wilayah Pati dan Kudus mengajukan gugatan ke MA terkait HPP Gula 2014 dan kebijakan impor gula oleh Bulog. Sungguh ironis bukan??? Negara kita tercinta yang notabene adalah negara agraris sama sekali tidak "peduli" dengan para pelaku dunia pertaniannya. Kalau dengan model seperti ini apa mungkin swasembada gula yang digembar-gemborkan pemerintah bisa diwujudkan???Coba tanya hati nurani kita sendiri........Salam